Jumat, 03 Agustus 2012

Sejumlah PKL Ramaikan Halaman Masjid Baiturrahman


SEMARANG- Sejumlah PKL terlihat menggelar dagangannya di halaman Masjid Baiturrahman Semarang, Jum’at ( 3/8). Pemandangan tersebut biasa terlihat seusai sholad Jum’at . Tidak seperti PKL biasanya, barang-barang yang mereka jual merupakan peralatan-peralatan dapur,dan perbengkelan. Walau terlihad ada yang menjual sejumlah peralatan sholad, namun kebanyakan dari mereka menjual barang-barang yang bisa dibilang unik.
Para PKL tersebut datang dari berbagai daerah, seperti ungaran ,karangjati,ambarawa,bahkan juga ada yang berasal dari Kendal. Mereka datang ke Masjid Baiturrahman disamping untuk melaksanakan sholad jum’at namun juga untuk tujuan  utama mereka ,yaitu berjualan.  Misalnya saja Sholeh (30) PKL asal Ngempon Karangjati ini datang jauh dari Karangjati  untuk menggelar barang dagangannya. “Ia menuturkan memperoleh banyak keuntungan ketika menjual sejumlah barang daganganya di Masjid Baiturrahman ini”. Apalagi selama bulan Ramadhan ini sejumlah barang dagangan yang ia bawa laris manis oleh pembeli. Yang biasanya pada hari biasa ia hanya bisa memperoleh keuntungan sebesar Rp. 50.000 saja, selama bulan Ramadhan ia bisa memperoleh keuntungan sebesar Rp 200.000.



Kemacetan Yang Terjadi di Jalur Tengkorak Merupakan Masalah Serius


SEMARANG- Kemacetan panjang terjadi di sepanjang  jalan Perintis Kemerdekaan no.62 Banyumanik tepatnya didepan MakoDam IV/Diponegoro pada Selasa ( 31/7 ) pada pukul 11.00. Kemacetan tersebut terjadi dikarenakan volume kendaraan pada siang itu terlihat padat. Sehingga kemacetan tidak bisa terelakkan lagi.
Hal ini merupakan masalah yang harus segera ditangani, mengingat sebentar lagi menginjang lebaran. Dimana pada saat itu akan terjadi tumpukkan kendaraan bernopol luar kota yang melintasi jalan tersebut. Pada hari biasa saja sudah menimbulkan kemacetan, apalagi saat lebaran datang.  Mengingat jalan tersebut merupakan  jalur pantura yang merupakan lalu lintas utama bagi para pemudik. Walaupun jalan tol tahap I Tembalang-Ungaran telah bisa dilintasi, namun hal tersebut belum bisa mengatasi kemacetan yang selama ini sering terjadi di depan Makodam tersebut. Ditambah dengan adanya portal yang melintang sebagai pembatas jalan dan banyaknya kendaraan berat tidak kuat saat melintasi tanjakan di jalan yang terkenal dengan jalur tengkorak itu, menambah buruknya kemacetan yang terjadi di jalan tersebut. Selain itu kemacetan juga akan terjadi ketika pemudik  nantinya akan melintasi Kota Ungaran. Dimana kota ungaran merupakan daerah relokasi industri yang dimana banyak terdapat berbagai industri-industri besar. Menurut Kabid Perhubungan Darat Menkominfo  Semarang “ kemacetan yang akan terjadi biasanya mulai dari terminal  Banyumanik,dan berakhir pada pertigaan Terminal Bawen”. Walaupun jalan alternative sudah disediakan namun pihaknya mengakui masih banyaknya kendala dalam mengatasi kemacetan yang terjadi. Diharapkan saat melintasi jalan-jalan rawan kemacetan tersebut para pengemudi diharapkan untuk bersabar, dan selalu berhati-hati.

LUAPAN KEBAHAGIAAN ORANG TUA CALON BINTARA POLRI


SEMARANG- Seorang bapak sedang meluapkan kebahagiaannya di depan ribuan para orang tua calon bintara dan tamtama ( caba dan catam polri ) karena mengetahui anaknya lolos dalam tes seleksi pemilihan anggota polri tahun 2012. Setelah menuggu dengan waktu yang cukup lama pada Jum’at         ( 27/7 ) pukul 09.00 di Gedung Borobudur Mapolda Jawa Tengah Jalan Pahlawan. Pada hari itu merupakan hari penentuan dimana semua peserta  tes secaba  dan tamtama Polri gelombang II akan memperoleh pengumuman.
Penerimaan anggota polri tahun ini merupakan penerimaan anggota polri terbanyak dari tahun-tahun sebelumnya. Yang biasanya pada tahun-tahun sebelumnya hanya mengambil paling banyak 200 peserta didik, pada tahun ini polri mengambil sebanyak 2000 peserta calon didik. Diantaranya Untuk Bintara Polri Jumlah Peserta Dik sebanyak 8.000 orang terdiri dari Brigadir Brimob 3000 orang dan Dalmas 5000 Orang untuk seluruh Indonesia,dan untuk Tamtama Polri Jumlah Peserta Dik sebanyak 2.000 orang terdiri dari 1.000 Tamtama Brimob dan 1.000 Tamtama Polair Orang untuk seluruh Indonesia. Hal tersebut merupakan langkah untuk mengisi kebutuhan anggota Polri di Indonesia yang saat ini memang masih membutuhkan banyak personil lagi.
  Menurut penuturan Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Didiek Sutomo Triwidodo, “saat ini semua calon peserta didik yang lolos seleksi phantukir masih sebanyak  1030 orang, 30 merupakan calon cadangan. Dimana calon cadangan ini nantinya masih menunggu panggilan apabila dibutuhkan sampai tanggal 30 Juli 2012, di polres masing-masing sesuai tempat pertama mereka mendaftar. Namun bila pada tanggal 30 tersebut tidak ada konfirmasi atau panggilan ke30 peserta tersebut dinyatakan gugur”. Bagi peserta yang besok dinyatakan gugur tidak usah berkecil hati dan jangan berputus asa,karena tahun depan masih ada penerimaan anggota polri lagi, tambahan kapolda dalam rapat pengumuman penerimaan anggota polri.
Untuk peserta didik yang lolos pada minggu (30/7) tepatnya pukul 06.00,mereka akan berangkat menuju tempat pusdik masing-masing. Brimob di Porong Jawa Timur, dan untuk sabara di Pusdik Puwokerto.

Rabu, 25 Juli 2012

BATU BARA DI KAWASAN STOPEL MULAI MENGELUARKAN ASAP


SEMARANG- Sejumlah Batu Bara di Kawasan stopel  tepatnya di Kawasan Industri Kaligawe mulai mengeluarkan asap. Bahkan ada beberapa Batu Bara yang sudah menjadi bara api.  Hal ini sangat membahayakan karena bisa menimbulkan bara api lebih besar. Penyebab timbulnya asap dari batu bara ini disebabkan didalam  gundukan terjadi pelembaban oleh air hujan yang terserah ke dalam batu bara. Ditambah hembusan angin serta panas disekitar  kawasan stopel Kaligawe ini dapat memicu timbulnya asap pada batu bara
Menurut Agung salah seorang penjaga stopel  “asap sudah muncul sejak rabu (25/7) dari pukul 06.00. Awalnya hanya muncul asap saja, namun semakin siang dengan panas yang semakin terik bara api mulai terlihat”. Dengan peralatan seadanya Agung dan para penjaga stopel lainya memadamkan bara api, baik dengan menyemprotkan air ke arah batu bara tersebut, dan menggunakan alat berat untuk memisahkan batu bara yang sudah menjadi bara api dan yang belum menjadi bara api. Di dalam Kawasan Stopel Kaligawe ini terdapat batu bara dari berbagai perusahaan general suplaiyer batu bara di Semarang, diantaranya Karya Bersama, Mahakam Sumber Jaya,dsb.
Merugi
Dengan adanya kejadian seperti ini menjadikan perusahaan-perusahaan tersebut merugi. Pasalnya saat ditimbang pasti berat batu bara akan berkurang,secara otomatis berdampak pada pengurangan harga jual. “Disamping itu walaupun  Batu Bara yang berada disekitar Kawasan Stopel merupakan jenis Sub-bitumen,yaitu  Batu bara dengan mutu yang lebih tinggi dengan memiliki kandungan karbon yang lebih banyak, dan tingkat kelembaban yang lebih rendah, dengan terdapatnya air yang meresap ke dalam batu bara, tetap saja tidak bisa dihindari akan terjadi kelembaban ditambah lokasi Kali Gawe merupakan daerah panas yang cepat memicu terjadinya penguapan” ujar General Manajer dari  Karya Bersama Bapak Indra Nugroho,SH. Secara Fisik akan mengurangi mutu dan kualitas dari Batu Bara tersebut.

SEJUMLAH ORANG TERLIHAT SEDANG MEMBACA BUKU



SEMARANG- Sejumlah orang terlihat sedang asik dengan buku yang dibacanya. Suasana ini terjadi di halaman Masjid Baiturrahman Simpang lima Semarang Selasa (24/7) kemarin sore. Dengan digelarnya  pameran buku  di halaman masjid untuk memeriahkan datangnya bulan suci ramadhan. 
Ini merupakan suatu langkah baik Masjid Baitulrrahman untuk menarik pengunjung masjid untuk selalu berkunjung ke masjid dengan cara mengadakan pameran buku  dengan mendirikan stand khusus buku-buku islami. Tidak hanya membaca pengunjung juga diperbolehkan untuk membeli buku-buku islami di pameran tersebut. Dengan menggandeng toko buku Gunung Agung pameran tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai Masjid Baiturrahman.
Kebanyakan dari pengunjung pameran tersebut kaum anak muda, tidak sekedar menengok sampul saja, namun para pengunjung sangat menikmati apa yang ia baca” tutur Andi penjaga stand pameran buku tersebut. Setiap harinya stand tidak pernah sepi pengunjung, apalagi saat-saat jam sholad tiba stand penuh oleh pengunjung. Pameran ini akan dilaksanakan sampai H-7 menjelang lebaran, karena melihat antusiasme masyarakat terhadap pameran ini banyak maka pihak Masjid merencanakan pameran terus terlaksana sampai hari yang telah ditentukan.

PENAMPILAN ANAK-ANAK SKATERS RAMAIKAN BUKA BERSAMA



SEMARANG- Penampilan anak-anak skaters ramaikan  acara buka bersama anak yatim yang diadakan oleh pihak Lazisba manajemen dari Masjid Agung Baiturrahman Simpang lima     Selasa (24/7) pada sore hari. Acara tersebut diadakan di pelataran masjid  bekerja sama dengan Rasika FM.
Selain dimeriahkan oleh penampilan anak-anak skaters, acara tersebut juga di meriahkan oleh Lotuz Shaffels, kelompok shaffelin Semarang. Sebelum dimulai acara tersebut dibuka oleh penampilan rebana Ngadi Rejo Genuk. Dalam acara itu dihadiri oleh anak yatim dari berbagai perwakilan korwil di Semarang. Dengan diselingi oleh kultum yang bisa mencerahkan suasan hati para anak yatim.
Dalam sambutanya Ketua umum Manajemen Lazisba menuturkan “acara ini diadakan sebagai acara tahunan yang sering diadakan oleh manajemen Masjid Baiturrahman”. Dengan saling berbagi dapat ikud bersama-sama merasakan suasana bulan ramadhan. Dalam acara buka bersama ini pula tersisip doa untuk anak-anak yatim semoga bergerak berhasil namun dengan cara yang bijaksana tambahan Kepala Lazisba.
Pengunjung yang menyaksikan acara ini juga mendapatkan taqjil secara cuma-cuma dari panitia. Dengan membagikan 1000 taqjil pada saat bersamaan dengan acara buka bersama tersebut.

Selasa, 17 Juli 2012

Komunikasi dan Budaya Lokal

Komunikasi

Komunikasi adalah keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak langkah manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tergantung satu sama lain dan mandiri serta saling terkait dengan orang lain dilingkungannya. Satu-satunya alat untuk dapat berhubungan dengan  orang lain dilingkungannya adalah komunikasi baik secara verbal maupun  non verbal  (bahas tubuh dan isyarat yang banyak dimengerti oleh suku bangsa). Hewitt (1981), menjabarkan tujuan penggunaan proses komunikasi secara spesifik sebagai berikut:

1.     Mempelajari atau mengajarkan sesuatu

2.     Mempengaruhi perilaku seseorang

3.     Mengungkapkan perasaan

4.     Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain

5.     Berhubungan dengan orang lain

6.     Menyelesaian sebuah masalah

7.     Mencapai sebuah tujuan

8.     Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik

9.     Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orng lain

 

Budaya Lokal

Dalam wacana kebudayaan dan sosial, sulit untuk mendefinisikan dan memberi batasan terhadap budaya lokal, karena hal ini akan terkait dengan teks dan konteks. Definisi budaya lokal yang saya ambil di sini adalah berdasarkan visualisasi kebudayaan ditinjau dari sudut struktur dan tingkatannya. Penjelasannya adalah sebagai berikut

1. Supercultur : Kebudayaan yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Contoh:kebudayaan nasional

2. Culture : Lebih khusus, misalnya berdasarkan golongan etnik, prrofesi, wilayah atau daerah. Contoh: budaya Sunda.

3. Subculture : Merupakan kebudayaan khusus dalam sebuah culture, namun kebudayaan ini tidak bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh: budaya gotong-royong.

4. Counter-culture : Tingkatannya sama dengan subculture yaitu merupakan bagian turunan dari culture, namun counter-culture ini bertentangan dengan kebudayaan induknya. Contoh: budaya individualisme.

 

Dilihat dari struktur dan tingktannya, budaya lokal berada pada tingkat culture. Hal ini berdasarkan sebuah skema sosial budaya yang ada di Indonesia, dimana terdiri dari masyarakat yang bersifat majemuk dalam struktur sosial, budaya ( multikultural ) maupun ekonomi. Dalam pengertian yang luas, Judistira ( 2008:113 ) mengatakan bahwa kebudayaan daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui kesenian belaka, tetapi termasuk segala bentuk dan cara-cara berperilaku,bertindak serta pola pikiran yang berada jauh di belakang apa yang tampak tersebut.

Dalam budaya lokal terdapat kandungan nilai-nilai yang merupakan suatu daya tarik yang tersebunyi dari keadaan luarnya. Kita bisa mengambil contoh dari ketiga hal yang telah kita tulis dalam pendahuluan, yaitu:

1.      Makanan

Dalam masyarakat Jogjakarta terdapat upacara garebeg, yang diadakan tiga kali dalam setahun dan diperkirakan telah ada sejak masa pemerintahan Hamengku Buwono I. Upacara tersebut bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W., hari Idul Fitri dan hari Idul Adha. Makanan yang ditampilkan dalam upacara ini disebut gunungan. Ada enam jenis gunungan yang biasa ditampilkan yaitu gunungan lanang, gunungan wadon, gunungan gepak, gunungan pawuhan, gunungan darat dan gunungan kutug atau bromo. Makanan yang digunakan sebagai komponen gunungan terdiri dari beragam jenis kue dan hasil pertanian. Nilai yang terkandung dalam gunungan ini adalah:

a.       Nilai kesakralan : bentuknya menyerupai gunung, mengingatkan pada candi atau punden berundak sebagai tempat para dewa atau roh nenek moyang bersemayam

b.       Nilai kemanusiaan : wujud gunungan yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, telur, makanan dari beras dan ketan ditambah dengan masakan dari daging beranalogi dengan pengertian pohon hayat, melambangkan kemakmuran atau kehidupan itu sendiri

c.       Nilai moral : gunungan lanang dan wadon adalah penerapan klasifikasi dualisme yang saling melengkapi.

 

2.      Permainan

Dalam permainan tradisional terdapat nilai-nilai yang kemudian dapat menjadi pedoman hidup dan pedoman berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

a.       Nilai keagamaan : contohnya adalah permainan dakon, permainan ini mengajarkan tentang kejujuran satu sama lain.

b.      Nilai sosial : contohnya adalah gobag sodor, permainan ini mengajarkan tentang kerjasama dan kompetisi.

c.       Nilai ekonomi : permainan tradisional tidak perlu menghabiskan biaya yang mahal, karena dapat memanfaatkan benda yang ada di lingkungan sekitar kita, misalnya pasaran, kita bisa menggunakan tanah sebagai sarana tanpa harus membayar.

 

3.      Pakaian

Pakaian tradisional juga mengandung nilai-nilai dibalik fungsinya untuk menutup tubuh dan melindungi tubuh. Kita akan mengambil contoh batik dari Cirebon yang bermotif Megamendung. Nilai-nilai yang terkandung dalam batik tersebut adalah:

a.       Nilai Penampilan (appearance) atau nilai wujud yang melahirkan benda seni. Nilai ini terdiri dari nilai bentuk dan nilai struktur. Nilai bentuk yang bisa dilihat secara visual adalah motif megamendung dalam sebuah kain yang indah terlepas dari penggunaan bahan berupa kain katun atau kain sutera. Sementara dalam nilai struktur adalah dihasilkan dari bentuk-bentuk yang disusun begitu rupa berdasarkan nilai esensial. Bentuk - bentuk tersebut berupa garis - garis lengkung yang disusun beraturan dan tidak terputus saling bertemu.

b.       Nilai Isi (Content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi), nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri dari atas moral, nilai sosial, nilai religi, dsb. Pada bentuk Megamendung bisa kita lihat garis lengkung yang beraturan secara teratur dari bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian melebar keluar (membesar) menunjukkan gerak yang teratur harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah (naik dan turun) kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri belajar / menjalani kehidupan sosial agama) dan pada akhirnya membawa dirinya memasuki dunia baru menuju kembali kedalam penyatuan diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) pada akhirnya kembali ke asalnya (sunnatullah). Sehingga bisa kita lihat bentuk megamendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak membesar terus keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi putaran kecil namun tidak boleh terputus. Terlepas dari makna filosofi bahwa Megamendung melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehinga bentuknya harus menyatu. Dilihat dari sisi produksi memang mengharuskan kalau bentuk garis lengkung megamendung harus bertemu pada satu titik lengkung berikutnya agar pada saat pemberian warna pada proses yang bertahap (dari warna muda ke warna tua) bisa lebihmemudahkan.

c.       Nilai Pengungkapan (presentation) yang dapat menunjukkan adanya nilai bakat pribadi seseorang, nilai ketrampilan, dan nilai medium yang dipakainya. Ungkapan yang ditampilkan oleh senimannya berupa proses batik yang begitu indah dengan memberikan goresan lilin lewat alat yang dinamakan canting, terbuat dari bahan tembaga tipis yang dibentuk secara hati-hati sehingga lilin panas yang melewati ujung canting bisa mengalir dengan lancar. Paduan unsur warna yang harmonis dengan penuh makna bagi siapa yang melihatnya. Unsur warna biru yang kita kenal dengan melambangkan warna langit yang begitu luas, bersahabat dan tenang. Ditambah lagi dengan ada yang mengartikan bahwa biru melambangkan kesuburan sehinga warna batik Megamendung pada awalnya selalu memberikan unsur warna biru diselingi dengan warna dasar merah.

 Oleh karena itu peran sebuah komunikasi dalam sebuah pendekatan ini sangat penting untuk menghindari terjadinya mis komunikasi. Karena kurangnya pendekatan, promosi dan lemahnya diplomasi, berdampak kepada adanya upaya-upanya pihak lain yang ingin mengganggu stabilitas hasil kekayaan seni dan budaya lokal Indonesia. Terbukti dengan adanya beberapa upaya dari pihak asing yang ingin menguasai dan mengakui hasil kesenian beberapa daerah di Indonesia. Seperti halnya reog Ponorogo – Jawa Timur atau kesenian Angklung Jawa Barat yang akan di klaim oleh Malaysia sebagai kesenian khasnya. Semua itu dikarenakan kurangnya factor komunikasi, fungsi kontrol dan pengawasan, pembinaan dan pengakuan dari pemerintah. Sehingga ada anggapan bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah selama ini yang menyangkut seni dan budaya terkadang hanya retorika belaka, mengapa demikian? Karena selama ini mereka yang menjadi pengambil kebijakan (pemerintah daerah) kurang memahami dan mengerti tentang bagaimana pembinaan seni dan budaya di daerahnya, dan bagaimana pula cara mengemasnya sehingga hasil seni budaya itu menjadi menarik dan diminati.